PENANGGULANGAN KASUS KELAPARAN AKIBAT KRISIS PANGAN PADA MUSIM KEMARAU DI NUSA PENIDA MELALUI REVITALISASI BUDAYA PANGAN LOKAL

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
PENGEBDIAN KEPADA MASYARAKAT
BIDANG KEGIATAN :
PKM-M
DIUSULKAN OLEH :
Ketua Pelaksana:
I KOMANG KABEH               (1014041039 / 2010)
Anggota Pelaksana :
   I MADE WAHYU SETYADI  (1014041031 / 2010)
 I KOMANG SETYAWAN     (1014041002/ 2010)
  I KETUT AGUS PARMITA   (1014041058 / 2010)

JUDUL PKM : PENANGGULANGAN KASUS KELAPARAN AKIBAT KRISIS PANGAN PADA MUSIM KEMARAU DI NUSA PENIDA MELALUI REVITALISASI BUDAYA PANGAN LOKAL

BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara yang kaya akan sumber daya alam dengan keanekaragaman hayati,baik hayati di perairan dan daratnya. Namun menjadi pertanyaan besar bagi kita adalah kenapa masih ada yang namanya kasus kelangkaan pangan dan kelaparan ? Tentu ada hal-hal yang menyebabkan itu terjadi karena sangat ironis dengan kenyataan bahwa indonesia dengan potensi alamnya yang kaya ini. Seiring dengan kemajuan era globalisasi ini bagaikan dua sisi mata pisau, disatu sisi berdampak positip dan disisi lain berdampak negative juga. Salah satunya adalah adanya polapikir masyarakat dengan system pangan global, dimana mereka diarahkan untuk menjadi konsumtif dan ketergantungan. Diikuti dengan munculnya pasar modern, market dan lainnya. Mereka mulai meninggalkan cara/kebiasaan lama untuk memenuhi kebutuhan pangannya dimana orientasinya dengan membelinya. Dari sanalah muncul masalah, karena tidak semua orang bisa membeli, sehingga apa yang terjadi terhadap yang tidak bisa mengikuti sitem pangan global ini yaitu mereka kelaparan yang berawal dari ketidak mampuan mereka untuk membeli karena kemampuan ekonomi yang rendah. Sehingga tidak dapat di helak lagi kelaparan ini terus terjadi terutama di daerah yang terpencil/pedesaan, selain sulitnya akses transportasi juga ketidakmampuan mereka untuk mengikuti perkembangan system pangan global ini dimana mereka harus terus membeli sementara kemampuan ekonomi mereka rendah sehingga krisis pangan ini akan mengarah terhadap terjadinya kelaparan. Salah satunya krisis pangan ini juga terjadi di kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali. Bali yang popular dengan ikon pariwisatanya hingga ke manca Negara dengan daya tarik alamnya yang sangat indah. Dibalik itu semua ada satu daerah yang masih tertinggal yaitu Nusa Penida.  Nusa Penida  masih tergolong tertinggal dibandingkan daerah lainnya di Bali. Karena kondisi geografis dan juga ekonomi masyarakatnya yang masih lemah. Nusa Penida belum tejemaah oleh perkembangan pariwisata di Bali, sehingga kita masih bisa melihat kondisi alam yang masih alami belum terkontaminasi. Masih banyak lahan dan hutan yang ditumbuhi berbagai macam tanaman, tidak hanya daratannya , daerah pantai Nusa Penida terkenal dengan potensi rumput lautnya. Kebanyakan kebutuhan pangan masyarakat Nusa Penida dibeli dari Bali daratan. Sehingga setelah sampai di Nusa Penida harganya menjadi lebih mahal karena biaya transportasi pengangkutannya. Sehingga tidak banyak dari mereka yang bisa membeli. Selain itu sulitnya akses penghubung transportasi antara Nusa Penida dengan Bali daratan maka Nusa Penida selalu diselimuti dengan isu kelangkaan pangan/krisis pangan , hampir setiap tahun ini terjadi tanpa ada penyelesain yang sustainable. Sehingga mengarah kepada kelaparan. Kelangkaan/krisis pangan ini juga sering dimuat di media massa yang menyatakan bahwa Nusa Penida terancam krisis pangan dimuat di Bali Post serta media massa lainya pada bulan oktober tahun 2012 kemarin. Melihat kondisi yang demikian saya ingin menawarkan suatu solusi pemecahan masalah krisis pangan ini yaitu “Penanggulangan Kelaparan Akibat Krisis Pangan di Nusa Penida Mealui Revitalisasi Budaya Pangan Lokal “
  1. Tujuan
-          Untuk memperkenalkan kembali budaya pangan local kepada masyarakat Nusa Penida.
-          Untuk merubah pola pikir masyarakat bahwa untuk memperoleh bahan pangan tidak mesti harus membelinya dan tidak tergantung hanya pada pangan beras.
-          Untuk mendorong masyarakat agar lebih mencintai pangan local yang dimiliki
-          Untuk mengajak masyarakat agar menjaga dan memelihara lingkungan keberadaan tanaman local yang bisa di olah menjadi makanan ini supaya tidak punah.
-          Untuk mensosialisasikan gisi dan manfaatnya bagi kesehatan tubuh yang terkandung didalam tanaman local itu.
-          Untuk mencegah terulangnya kembali krisis pangan yang mengarah terhadap terjadinya kelaparan.
  1. Manfaat
-          Masyarakat bisa mengenal kembali budaya pangan local yang selama ini di tinggalkan dan di lupakan sehingga Tidak terjadinya lagi kelaparan akibat krisis pangan.
-          Masyarakat lebih berpikir kreatif untuk memanfaatkan tanaman yang ada dilingkungan sekitarnya sebagai bahan pangan sehingga mereka tidak mesti harus terus membeli/konsumtif.
-          Masyarakat bisa mencintai potensi pangan lokal yang dimilikinya.
-          Agar masyarakat mengetahui bahwa tanaman lokal itu dapat dijadikan makanan, dengan demikian secara otomatis masyarakat akan melindungi dan memelihara keberadaan tanaman local ini agar tidak hilang/punah.
-          Agar masyarakat mulai menyadari bahwa pangan local yang ada memiliki nilai gizi dan manfaat yang sangat baik untuk kesehatan.

BAB II
GAGASAN
A.    Kondisi Kekinian
Nusa Penida adalah sebuah pulau  yang terletak di sebelah tenggara Bali yang dipisahkan oleh Selat Badung. Nusa Penida merupakan daerah kering dengan tekstur tanah berkapur. Sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani, nelayan dan buruh, dan lainnya sebagai pedagang., dengan kondisi tanah berkapur seperti itu sehingga kondisinya tidak memungkinkan untuk ditanami padi, hanya daerah bagian selatan saja yang bisa ditanami itupun tidak optimal. Hampir setiap tahunnya , terutama di musim kemarau Nusa Penida selalu terancam krisis pangan, dibalik krisis pangan yang melanda semakin merubah pola pikir mereka bahwa beras adalah makanan pokok bagi mereka sehingga harus di beli untuk mendapatkannya. Yang menjadi masalah bahwa masyarakat nusa penida mulai terbawa arus globalisasi dengan system pangan global dimana mereka menjadi konsumtif dan ketergantungan yang selanjutnya meninggalkan budaya pangan local. Sehingga tanaman-tanaman lokal yang bisa diolah menjadi makanan mulai hilang dan tidak dipelihara oleh masyarakat lagi. Tapi mereka lebih memilih untuk membeli makanan di pasar dengan produk makanan instan. Mereka bahkan mulai berpikir bahwa makanan yang mereka beli itu jauh lebih baik dari pangan local mereka. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa generasi muda selanjutnnya pasti tidak kenal lagi dengan pangan local mereka dan tidak mencintai lagi tanaman local yang tumbuh dilingkungan sekitar mereka. Apabila ini dibiarkan maka krisis pangan akan terus terjadi sepanjang massa di Nusa Penida.
B.     Solusi yang pernah ditawarkan
Pada umumnya ketika terjadi krisis pangan di Nusa Penida selalu mengarah kepada orientasi bahwa mereka tidak punya beras untuk dijadikan makanan, tapi yang terjadi sebenarnya adalah mereka kehabisan persediaan pangan lokal akibat hilangnya rasa cinta dan kepedulian mereka terhadap budaya pangan lokal mereka sendiri. Sehingga ketika ada pemberitaan di media massa bahwa Nusa Penida terancam krisis pangan yang mengarah terjadinya kelaparan , yang pertama bertindak yaitu pemerintah kabupaten dan provinsi dengan memberikan bantuan berupa berbagai macam kebutuhan seperti beras, mie instan, dan produk lainnya. (http://www.balipost.co.id)“Menurut Bupati Ngurah, paling tidak sekitar 40,64 ton beras telah didistribusikan Pemkab Klungkung ke Nusa Penida untuk mengantisipasi krisis pangan di sana. Di samping berton-ton beras, bantuan berupa mi instan, menir , ikan asin, gula pasir, garam beriodium dan paket sembako lainnya juga sudah disalurkan. Sebagian besar dari bantuan bahan pangan beras itu diperuntukkan bagi KK miskin di Desa Batu Kandik yang mengalami krisis pangan paling parah. Untuk mengantisipasi meluasnya krisis pangan di sejumlah desa di sekitar Desa Batu Kandik, Pemkab Klungkung juga sudah mencadangkan sekitar 12,3 ton beras. ''Stok pangan cadangan itu merupakan bantuan dari Gubernur yang didistribusikan lewat BKSD Bali”.Tapi pertanyaan besarnya adalah mampukah apa yang dilakukan pemerintah itu akan menyelesaikan masalah secara sustainable untuk massa mendatang?. Dengan kondisi demikian masyarakat akan semakin menjadi malas dan ketergantungan akan pangan global tanpa lagi ada kepedulian terhadap potensi pangan local yang lingkungan mereka miliki seperti ketela,jagung ketela rambat, umbian, bokol pisang, buah kemloko, daun papaya, daun kelor, daun ahe behas, ubi talas, sayur prokot, buah klokom,dan rumput laut dan masih banyak lagi lainnya yang mulai sedikit keberadaannya akibat rasa cinta mereka terhadap pangan local sudah semakin menipis. Pemenuhan kebutuhan pangan penduduk sering diidentikkan dengan pemenuhan kebutuhan beras sebagai makanan pokok. Padahal Nusa Penida memiliki sumber pangan nonberas yang beragam dan sangat potensial apabila dikembangkan secara optimal.
C.    Keunggulan gagasan yang ditawarkan
Dari wikipedia, Dengan adanya pemanfaatan tanaman lokal sebagai makanan melalui revitalisasi budaya pangan local maka tidak akan terjadi lagi krisis pangan . karena orientasi masyarakat tidak lagi ke pangan global dimana untuk itu mereka harus membelinya. Sumber pangan local yang ada sebenarnya memiliki nilai gizi dan protein jauh lebih tinggi dan lebih alami jika dibandingkan dengan sayur atau beras yang mereka beli di market yang kondisinya sudah terkontaminasi zat kimia pestisida.
Sebenarnya tanaman local seperti  ketela rambat, umbian, bokol pisang, buah kemloko, daun papaya, daun kelor, daun ahe behas, ubi talas, sayur prokot, buah klokom,dan rumput laut adalah tanaman yang sekitar sepuluh hingga tigapuluh tahun yang lalu mereka (nenek/kakek) menkonsumsinya namun seiring perubahan polapikir dan perkembangan pasar modern yang mempengaruhi pola makan baru mereka mulai meninggalkan pangan local ini. Saya yakin generasi muda kita sekarang ini pasti sudah tidak tahu yang namanya tanaman ini dan bagaimana mengolahnya menjadi makanan sehingga saya berharap dengan ini mereka tahu , dan sadar akan potensi pangan local mereka. Indonesia dan Nusa Penia pada kususnya kaya akan potensi hayati, mencintai kembali potensi pangan local, terutama tanaman lokal yang sangat kaya akan nutrisi dan manfaat bagi tubuh namun oleh masyarakat sudah dilupakan keberadaannya digantikan dengan makanan yang serba instan seperti saat ini.
Strategi agar budaya pangan lokal ini kembali yaitu dengan menarik perhatian mereka untuk kembali menkonsumsi makanan dari tanaman local ini. Kita berikan penyuluhan, kepada mereka untuk menjaga/ memelihara keberadaannya. Saat kita berhenti menkonsumsi makanan local kita maka budaya pangan local kita akan hilang perlahan pastinya keanekaragaman hayati ini juga akan punah. Contoh tanaman lokal itu seperti daun prokot, daun kelor, daun racun, buat klukom, buah kemloko. Sebenarnya ada 300 species di inventarisasi  tanaman yang bisa dimanfaatkan sebagai makanan dan mungkin jauh lebih banyak karena di Nusa Penida cukup beranekaragam tanaman yang tumbuh. Namun keberadaannya semakin sedikit  sehingga kita harus berpacu dengan waktu sebelum punah agar pangan local ini tidak hilang.
Polapikir masyarakat saat ini, mereka masih berpikir bahwa untuk memenuhi kebutuhan makan harus membeli. Mereka masih berpikir makanan yang tidak dibeli adalah makanan untuk orang miskin. Sebenarnya kalau kita mau lebih mengeksplorasi potensi pangan local kita bisa memenuhi kebutuhan pangan kita dengan cara mudah dan murah , saya yakin kasus krisis pangan /kelaparan di Nusa Penida tidak akan terjadi jika kita bisa kembali memanfaatkan tanaman local ini sebagai makanan. Semua tanaman ini berharga, karena ini merupakan potensi yang sangat berharga, sebenarnya pemerintah tidak perlu ketika terjadi krisis pangan terus setiap massa memberikan bantuan saja , tetapi kita cukup mengajak masyarakat untuk kembali kepada pemanfaatan tanaman lokal sebagai makanan. Bagaimana kita mengenalkan kembali budaya pangan local masyarakat , jangan sampai mereka tergantung dengan sistem pangan global, dimana mereka harus terus membeli , sehingga kita harus mengenalkan , mendorong mereka bangga akan budaya pangan local mereka.
Jangan takut untuk mencoba sesuatu yang alami, rata-rata tanaman local ini jauh lebih bergisi dibanding sayur di market, karena tanaman itu sudah mengandung pestisida, namun tanaman lokal itu tumbuh secara alami di lingkungan masyarakat. Tanaman-tanaman lokal yang diolah menjadi makanan bukan symbol kemiskinan, bukan symbol sesuatu yang rendah. Tapi kita harus bangga dengan potensi keanekaragaman pangan local kita.
“ saya tidak bangga makan pizza tapi saya lebih bangga jika saya pernah makan nasi ledok”
D.    Pihak-pihak yang terkait
Dalam pelaksanaan PKM-GT ini kita melakukan inventarisasi tanaman local yang bisa diolah menjadi makanan, kemudian sosialisasi kepada masyarakat agar mereka mencintai dan memelihara potensi pangan local yang dimiliki. ini tentunya perlu dukungan berbagai pihak :
1.      Pemerintah dalam hal ini kususnya Litbang yang nantinya meneliti nilai dan kandungan gizi dari pangan local tersebut.
2.      Dinas Pertanian setempat untuk ikut membantu dalam pemeliharaan pangan local ini
3.      Kepala camat, Desa, dan pejabat local setempat untuk membantu dalam sosialisasi budaya pangan local itu.


E.     Strategi Implementasi
1.      Inventarisasi
Kita akan mengumpulkan data dan informasi mengenai potensi pangan local yang dimiliki baik melalui wawancara langsung dengan sesepuh (kakek/nenek), dengan kepala desa dan masyarakat.
2.   Turun Kelapangan
Setelah kita sudah mendapatkan data-data , kita kemudian terjun kelapangan untuk menemukan tanaman yang dimaksud, untuk memastikan keberadaannya.
3.   Mengolah menjadi makanan
Selanjutnya kita akan mengolah tanaman local yang ditemukan menjadi makanan seperti nasi yang berasal dari jagung, ketela, umbian, bokol pisang, umbi talas. Untuk sayurnya seperti daun prokot, daun kelor, daun papaya, daun ahe behas dan rumput laut.  Untuk minumannya bisa memakai sirup dari buah kemloko, buah klukom dan lainnya.
4.   Sosialisasi

Kemudian melakukan sosialisasi kepada masyarakat melalui pengenalan tanaman local yang bisa diolah menjadi makanan, termasuk juga memberikan informasi nilai gizi dan manfaat yang terkandung didalam tanaman-tanaman local tersebut tentu bekerja sama dengan lembaga pemerintah terkait. 

SEMOGA BERMANFAAT ... :)

Subscribe to receive free email updates:

1 Response to "PENANGGULANGAN KASUS KELAPARAN AKIBAT KRISIS PANGAN PADA MUSIM KEMARAU DI NUSA PENIDA MELALUI REVITALISASI BUDAYA PANGAN LOKAL"

  1. great idea,
    jiwa muda, jiwa yang punya semangat membantu masyarakat lemah.... visit back yw...

    ReplyDelete

|Dukung kami dengan memberikan komentar yang membangun|